Ruang Sore #2 Presentasi Program “ Presentasi Buku Arsitektur Jepang -Vernacular, Modernism, Everyday life-” Orang yang berpresentasi: Eri Nakamura ・Peneliti Arsitektur ・Mahasiswa Universitas Tokyo Institute of Technology Sabtu,27 Februari 2016 17.00 WIB Gratis / Terbuka untuk umun Pameran Bacaan Buku Arsitektur Mulai 27 Feb -12 Maret 2016 13.00-19.00 WIB
©️Eri Nakamura , ©️ASP artspace
|
Memory of Asia 〜お爺ちゃんの時代〜
Kakek saya adalah mantan tentara Jepang . Tetapi itu bukan keinginannya,
melainkan karena dipaksa. Waktu saya masih kecil, suka ikut tidur bersamanya, dan
Kadang dia berteriak keras pada malam hari. Esok harinya saya bertanya mengapa,
dan dia bilang mimpi seolah-olah dia di dalam perang.
Makin lama saya tinggal di Indonesia, makin kurang nyaman dan benar rasanya
sebagai orang Jepang yang menyebut dirinya orang Asia. Karena negara-negara
Asia selain Jepang hampir semuanya memilik sejarah dijajah atau dilukai,
sedangkan negara Jepang sebaliknya.
Lalu saya sebagai seorang cucu dari mantan tentara Jepang, mulai mencoba
membagi sejarah dengan orang-orang tua di Asia yang mempunyai memori-
memori Perang DuniaⅡ. Saya menggunakan sebuah karya kecil yaitu patung
“orang” untuk meminta pada mereka menukar sesuatu dengannya dan saya
namakan proyek ini sebagai “Exchange Project”.
Midori Hirota
私の祖父は自分で望んだのではなく、徴兵されて出兵した。小さい頃、私は祖父と
一緒に寝るのが好きだった。ときどき夜中に祖父は大声で叫び、うなされていた。
翌朝なにがあったのか聞くと、「戦場にいる夢を見たんだよ」と答えた。
長くインドネシアで暮らしてアジア諸国を知るうちに、私は日本人として「アジア人」と
名乗るのに違和感を覚えるようになっていた。日本以外のアジア諸国には占領されたり
被害を受けた歴史があるのに対して、日本はその逆に見えた。
私は日本兵の孫として、そのような過去を経験したアジアのお爺ちゃん世代と
第二次世界大戦の記憶を共有できないかと考えた。そして自分の「ヒト」型の小作品を
媒体に、お爺ちゃんたちの私物を交換してもらう「作品」を作り始めた。
そしてこれを「交換プロジェクト」と名づけた。
廣田 緑
Blitar, Jawa Timur 2007 / ブリタル(東ジャワ)
Pada tahun 1942, tentara Jepang telah berhasil menjajahi Negara Indonesia. Kota Blitar adalah tempat dimana ada markas PETA (Pembela Tanah Air) yang didirikan oleh tentara Jepang sejak tahun 1943. Pada Tgl 14 Februari 1945, sebuah peleton yang dipimpin oleh “Shodancho Soepriyadi” bangkit dan menyerang 4 orang tentara Jepang di markas PETA. “Pemberontakan Blitar” ini dinilai luar biasa hingga memancing orang-orang Indonesia untuk bangkitkan menuju kemerdekaan.
Setelah “Pemberontakan Blitar” tersebut, Soepriyadi menghilang, meskipun demikian, dia diangkat oleh presiden Soekarno sebagai Menteri Pertahanan Indonesia yang pertama.Sampai sekarang , kurang lebih 30 orang mantan PETA masih menetap di kota Blitar.
Pada September 2007, saya dating ke Blitar memulai “Exchange Project”. Saya berkunjung ke rumah-rumah mantan PETA lalu minta menukar karya saya dengan barang milik mereka. Kakek-kakek menceritakan pengalaman dan memori mereka masing-masing.
Seorang kakek pernah lidahnya ditekuk gara-gara tidak bisa mengucapkan bahasa Jepang yang benar, berkali-kali disiram air seember oleh tentara Jepang agar mengatakan apa motif di belakang pemberontak Blitar itu, dan lain-lain. Walau menyedihkan dan mengerikan memorinya, kakek-kakek yang sudah berusia tersebut dengan mata yang hangat, ambil tangan saya dan bilang :
“Anak, datang lagi ya kesini… ”
1942年、日本軍はインドネシアを占領した。
東ジャワのブリタルは、当時日本軍がインドネシア青年を集めて設立した「PETA」(祖国防衛義勇軍)の駐屯地があった町。1945年2月、スプリアディ小団長率いる小隊が蜂起、日本軍憲兵4名を襲撃した。「ブリタルの反乱」はその後の独立運動の気運を高めたとして、インドネシア国内で高く評価されている。反乱の指導者スプリアディは逃亡、生死不明のままインドネシア初代軍司令官に指名された。現在も元PETA兵士がブリタル市周辺で暮らしている。
2007年9月、ブリタルで「交換プロジェクト」を開始、元PETA兵士を訪ねて「ヒト」との交換をお願いした。
訪ねた兵士たちは、当時日本軍指導官からニホンゴの発音が悪いと舌を折曲げられた体験、反乱後憲兵に何度もバケツの水をかぶせられ、執拗に事情聴取された体験などを話してくれた。
そして最後には日本人の私に対して優しい目で、
「アナッ(子供)よ、またここへ遊びにいらっしゃい」と強く手を握って微笑んだ。
"membekas - trace - 跡"
Kentaro Yokouchi / Midori Hirota
5 JUN 2015 - 28 JUN 2015
Mengenai “meninggalkan bekas”
Seiji Nakao
(anthropologist / curator)
Tiga kata yang dipakai dalam judul pameran ini, meskipun implikasinya berbeda-beda dengan dakik masing-masing, tetap saja mempunyai arti sebagai “meninggalkan bekas”.
Kata yang paling mempersonifikasikan aspek perlakuan “meninggalkan bekas” adalah “membekas” dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jepang, “bekas (ato)” tidak bisa diekspresikan tanpa kebersamaan kata kerja “tinggalkan”, “trace” dalam bahasa Ingeris, mempunyai arti dominan sebagai “seputar” atau “menelusuri” daripada arti “meninggalkan bekas”. Sedangkan “membekas” dalam bahasa Indonesia, langsung bisa mengekspresikan sebuah perlakuan “meninggalkan bekas” dengan satu kata kerja. Jika mengekspresikan karya Yokouchi dan Hirota, yang sekilasnya tidak ada kaitan, saya rasa paling cocok menggunakan kata “membekas” karena kedua karyanya masing-masing “membekas” dengan cara yang berbeda.
Karya Yokouchi disusun dengan rembesan dan garis. Tergantung karya, dua elemen tersebut berubah imbangan yaitu ada yang rembesan menutupi bidang, ada yang garis menguasai membentuk komposisi keseluruhan, adapula yang intermidiate. Apa yang sangat menarik di karya Yokouchi adalah rembesan dan garisnya masing-masing berikatan bekas dengan cara berbeda.
Rembesan adalah sesuatu ketidakpastian dalam dua titikan. Pertama, seniman tidak dapat memastikan semua hasil(effect) setelah membuat rembesan. Metoda Yokouchi bisa dikatakan seperti seniman membantu penjelmaan materi, kata lainnya, seniman berusaha ikuti penjelmaan materi. Karena oleh itu, hasil(effect) terhadap pengapreasi pun telah terlepas dari keputusan seniman sepenuhnya. Yokouchi mengajukan karyanya untuk pengapreasi sendiri mencari arti-arti dalam karya detailnya, bukannya seniman menyuruh pengapreasi berkhayal membaca maksud seniman. Singkatnya, pengapreasi di depan karya Yokouchi, menerima ketidakpastian sebagai hasi(effect) dari perlakuan membekaskan rembesan.
Di sisi lain, garis berkaitan dengan pola, orang-orang, pohon-pohon yang imej konkeret (konkrit). Di dalam karya yang diselimuti dengan rembesan pun, jika kita melihat secara teliti, dapat menangkap garis-garis. Dengan mengelilingi garis tersebut, kita dapat menemukan suatu bentuk maupun sebuah arti. Tetapi garis tersebut berada di dalam rembesan yang ketidakpastian, sehingga sekilasnya tidak dapat langsung terjungkar-jangkar semua bentuk di dalamnya. Karena oleh itu, pengapreasi diajak ke perinci-perinci , mengelilingi mencari bekas rembesan dan garis.
Kunci untuk memahami karya Hirota adalah mendokumentasikan sejarah sebagai perlakuan, dan mengajukan sebagai aksi. Menceritakan dan menulis masa lampau, atau membuat monumen mengenai masa lampau -baik secara umum maupun secara pribadi-, beraksi memanggil kembali masa lampau ke masa kini(re-present) akan dibarengi suatu aksi. Dan aksi sebagai simbol masa lampau (representation) mempunyai arti berlapis dengan sekali lagi(re-) mempersembahkan(present) pada masa kini(present). Aktifitas mendengarkan memori-memori kakek-kakek dan nenek-nenek ditambah perlakuan “penukaran(exchange)”, karya Hirota monfokus ke arti kado(present) dengan perlakuan representasikan masa lalu. Karena oleh itu, karyanya adalah masa kini(present) bagi orang-orang yang ceritakan memori masa lalu, dan penuh kado(present) berbentuk menceritakan memori.
Kalau dikatakan lebih singkat, perlakuan menceritakan mengenai masa lalu adalah hadiah kepada pendengar. Hirota membentukkan perlakuan tersebut dengan cara “menukar(exchange)” suatu benda dengan pembicara. Pembicara membekas -meninggalkan bekas- dengan menceritakan masa lalu dan menerima karya keramik Hirota, dan Hirota sebagai pendengar menerima penukaran dari pembicara, membuat karya seni sehingga dapat membekas.
Arti asli “bekas (ato)” dalam bahasa Jepang adalah jejak yang ditumpuk sesak. Dan menariknya “trace” dalam bahasa Inggris, arti aslinya mengusut jalan atau jejak. Meninggalkan bekas dan mengusut jejak, perlakuan tersebut sebenarnya berhubungan bolak-balik. Apresiator akan mencari bekas yang ditinggalkan Yokouchi dan Hirota, sambil membayangkan bekas apa yang ditinggalkan oleh kedua seniman ini, dan sekaligus bekas apa yang ditinggalkan oleh apresiator itu sendiri.
Translated by : Midori Hirota / Nurdian Ichsan
跡を残すことについて
中尾世治
展覧会名に使用した三つの言語は、それぞれ微妙に含意は異なるものの、重なり合いながらも「跡を残す」という意味をもつ。
「跡を残す」という行為の側面を最もよく体現しているのは、インドネシア語の”membekas”だろう。日本語では「跡」は「残される」ものとしか表現できず、英語の動詞である”trace”は「残す」というよりも「辿る」「なぞる」という意味合いが強い。対して、インドネシア語では「跡を残す」を一語で、動詞によって、行為として、表現できる。一見すると関連性の見えない横内と廣田の作品を一言で表現するなら、”membekas”がしっくりくる。二人の作品はそれぞれ別様に「跡を残している」のである。
横内の作品は、滲みと線によって構成されている。作品によって、この二つの要素には強弱がみられる。すなわち、滲みが画面を覆い尽くすもの、線が全体の構図を成立させているもの、その中間的なものがある。横内の作品の興味深い点は、滲みと線がそれぞれ異なる形で跡と関連していることである。
滲みは二つの点において未決定なものである。まず、滲ませた後の結果(effect)すべてを作家が決定することができない。横内の技法は、素材の変化に作家が手を差し伸べる、あるいは素材の変化に作家がついていこうとするようなものといえよう。それゆえに、鑑賞者への効果(effect)もまた作家の完全なる決定から逃れている。作品の細部に作家の意図を(仮定して)読み込むというよりも、作品の細部の意味は鑑賞者によって見出されるものとして提示されている。つまり、横内の作品を前にして、鑑賞者は滲みという跡を残す行為の結果=効果(effect)としての未決定を受け取るのである。
他方で線は、文様、人々、木々などにみえる具象的なものと結びついている。滲みが全体を覆っている作品においても、よくみると線が走っている。われわれはこうした線を辿っていくことで、何らかの形、何らかの意味を見出すことができる。しかし、これらの線は未決定な滲みのなかにあって、一見してすぐにすべての形が顕わになってくることはない。したがって、鑑賞者は細部へと誘われ、滲みと線の跡を探し辿ることになる。
廣田の作品を読み解く重要な点は、歴史を行為として記録し、行為として提示しようとしていることにある。過去について語ること、書くこと、あるいは過去についてのモニュメントをつくること、公的なものであれ、私的なものであれ、過去を現在に呼び戻すこと(=re-present)は何らかの行為を伴う。そして、過去の表象(representation)という行為は、ふたたび(re-)、現在(present)に、差し出す(present)という二重の意味を持っている。
お爺ちゃんやお婆ちゃんの過去の話を聞いていくという営みに「交換」という行為を加えることで、廣田の作品は、過去を表象するという行為に含まれた、贈り物(present)という意味合いに焦点を当てている。それゆえ、廣田の作品は、過去について(語る人)の現在(present)であり、過去を語るという贈り物(present)で満たされている。
端的にいえば、過去について語るという行為は、聞き手への贈与である。廣田は、語り手とモノを「交換」することで、この行為を形にした。語り手は、過去について語ることと廣田の制作したモノを受け取ることで跡を残し、聞き手である廣田は語り手の所有物と話を受け取り、それらを作品とすることで跡を残している。
日本語(漢字)の跡の原義は積み重ねられた足跡であり、興味深いことに英語の”trace”は道や足跡などを辿ることを原義としている。跡を残すということと跡を辿るということは表裏一体の関係にある。鑑賞者は横内と廣田の残した跡をたどりながら、この二人が何の跡を辿って、それぞれ別様に跡を残していったかということに思いを馳せて、鑑賞者もまた、この会場に跡を残していくだろう。